Minggu, 08 Juli 2012

Kemerdekaan yang Membangkang

Proyek ke-2 NBPB
FlashFiction ini diikut sertakan dalam proyek nulis bareng peduli bareng


 “Enam puluh tujuh tahun!” Kau berkata pada diri sendiri. Mempertontonkan rona bunga pada pipimu. Indah.

“Tapi kita masih saja seperti ini.” Ucapku bernada ketus. Sinisme telah mencapai puncaknya.

“Setidaknya kita sudah merdeka!”

“Merdeka? Ya, merdeka tanpa perjuangan. Merdeka tanpa pernah merasakan penjajahan.”

Kau tertawa. Tapi tawa itu sungguh tawa yang sumbang, sebuah tawa tanpa rasa.

“Lalu? Menurutmu? Apakah kita harus dijajah sebelum merdeka?”

“Tepat!” Ucapku mantap.

 “Cukuplah enam puluh tujuh tahun ke belakang Bangsa kita dijajah.” Hitam matamu bergerak ke kiri, membangkitkan ingatanmu tentang masa lalu. Tentang buku-buku sejarah yang kau baca. Tentang biografi para tokoh orde baru, orde lama, reformasi. Hitam matamu semakin dalam, membuatku ingin menyelam ke dalam pikiranmu. Ikut dalam arus sanubarimu. “Tepat enam puluh tujuh tahun yang lalu para pahlawan telah berhasil mengusir penjajah dari tanah kita. Proklamasi telah dikumandangkan. Itu artinya kita telah merdeka, bukan?” Kau mencoba protes.

“Jika para pahlawan berhasil menumpas penjajahan, maka kemerdekaan ini murni milik mereka, bukan kita.”

“Tapi kita adalah penerus mereka, dan kemerdekaan ini juga milik kita...” Kau menoleh padaku. “ Apakah kau masih merasa dijajah?”

Imajinasiku saat itu tak mampu memberi jawaban atas pertanyaanmu. Hitam matamu semakin dalam, memperlihatkan sebuah jurang tak berdasar.

“Entahlah, yang pasti aku tak mau terjebak dalam euforia palsu ini.” 

Tiba-tiba terdengar gemuruh tepuk tangan yang menggema. Sorak sorai bergembira. Apa yang menyebabkan ini semua? Pandanganku menjelajah sekeliling. Pupil-pupil orang tak dikenal yang berada di sekitarku tertuju pada satu titik. Lelaki di ketinggian itu! Badannya berlumuran cairan yang asing bagiku. Ia tersenyum dengan bangga, telanjang dada. Tanpa sungkan ia lemparkan semuanya. Manusia-manusia di sekitarku bagai sakaw menunggu candu, brutal merebut “lemparan-lemparan” itu. Mereka bilang inilah cara merayakan kemerdekaan, menikmati hadiah dari para pahlawan terdahulu. Panjat Pinang! 

Di sudut lain kulihat rakyat yang lapar. Sorot mata putus asa para petani yang kehilangan tanah garapan. Rintihan saku pengangguran. Iuran komite yang mencekik. Semua suara tiba-tiba saja menjadi kontra dengan eufoni dan harmoni, memecah gendang telinga, menyayat retina. 

Rupanya kau juga melihat itu, realitas yang terlupakan. Jiwamu yang sedari tadi tenang, kini bergejolak penuh dinamika. Sukmamu kusut masai.

“Kita... masih terjajah!” Kau tercekat, menyadari hal yang tak pernah kau sadari selama ini. “Enam puluh tujuh tahun, kita berada dalam pembangkangan terhadap esensi kemerdekaan itu sendiri... Distorsi hak asasi.”

 “Lalu, apa hakikat merdeka menurutmu?”

 “Merdeka adalah euforia membara saat kau menaklukkan sebuah pelenyapan asa: penjajahan.”

 *** 

Kemerdekaan adalah resistensi dalam menghadapi tekanan hidup, kekuatan besar dalam dirimu yang tak mungkin diutak-atik oleh siapapun 
-Dara Agusti Maulidya-

15 komentar:

  1. aku suka kekontrasan dalam cerita ini antara rakyat yang sengsara dengan rakyat yang sedang merayakan kemerdekaan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wikiciw~
      terimakasih daka :)
      anyway, punya kritik ga nih?
      lagi perlu banget, masih belajar soalnya :D

      Hapus
  2. kk suka pngambran tokoh kamu, cie3...
    stop ber-euforia, mari menyingsingkan lengan baju!

    BalasHapus
  3. merdeka relatif.. belum tentu rakyat lain dapat merasakannya *cuma bacotan gue aja ya*

    BalasHapus
  4. mengartikan kemerdekaan dengan apa adanya. apa yang dilihat sehari-hari , inilah yang ada ad di cerita ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. merdeka sekarang kebanyakan "ada apa-apa"nya...
      terimakasih kak mamon :)

      Hapus
  5. Memandang satu persoalan dalam dua tatap wajah yang berbeda. Aku suka, penggambaran tokoh yang hatinya bergejolak juga terasa di FF ini.

    Selebihnya mau saran aja, walaupun ini di luar konteks tulisan, tapi aku rasa ini cukup penting, coba deh postingannya di-justify agar rata kiri dan kanan. Menurutku itu lebih baik untuk sebuah blog yang esensinya adalah karya tulis. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh iya terimakasih sith :)
      di format word udah justify, kemaren buru-buru jadi lupa deh -_-

      Hapus
  6. Aku jadi berfikir, sekarang kita masih di jajah atau menjajah diri sendiri? hmm, tulisan yang menginspirasi ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih :)
      tujuan FF ini supaya kita berpikir dan berbuat lebih baik ke depannya... hehe

      Hapus
  7. nice post :)
    ditunggu kunjungan baliknya yaah ,

    BalasHapus